Rabu, 15 April 2009

Tentang Caleg

Akhir akhir ini saya sering melihat di media, baik itu merupakan media elektronik maupun media cetak. Berita yang menayangkan tentang para Caleg yang mengalami stress setelah pemilu.

Tingkat strees yang mereka alami itupun ada yang bermacam macam.
Dari stress ringan seperti sakit karena terlalu lelah. Sampai strees berat seperti gangguan jiwa (maaf kalimatnya sudah berusaha saya perhalus) ataupun sampai ada yang bertindak lebih jauh. http://id.news.yahoo.com/lptn/20090414/tid-diduga-stres-caleg-hamil-bunuh-diri-e390447.html

Melihat maraknya berita tersebut, timbullah suatu pemikiran dari saya...
Sebenarnya apakah yang mereka(para caleg) tersebut cari...?
Apakah demi memperebutkan kursi dewan yang jumlahnya hanya sedikit itu sehingga banyak mengeluarkan sejumlah uang yang bila di total tidak sedikit.
Apakah mereka berpikir dengan mengeluarkan uang maka mereka percaya bahwa suara massa bisa mereka dapatkan?
yang niscaya akan mengantarkan mereka duduk di kursi dewan?
Sebegitu pentingkah kursi dewan di mata para Caleg?

Saya ingin menanyakan apakah yang dicari dengan duduk di kursi Dewan...?
Status? Uang? Rasa ingin dihormati di masyarakat?
Tidakkah mereka berpikir bahwa tugas utama dari menjadi anggota dewan adalah memperjuangkan suara masyarakat yang mendukung dia?
Apakah tujuan utama dan mulia tersebut mereka lupakan setelah menjadi anggota dewan?

Di pemilu kali ini tampaknya masyarakat sudah mulai terbuka matanya.
Ini terbukti dengan adanya berita di salah satu koran di daerah saya yang headlinenya bertuliskan "Para Caleg dibodohi oleh masyarakat" (kurang lebih seperti itu)
Saya sempat tergelitik membaca isi dari berita itu.
para caleg sudah mengeluarkan jumlah uang yang tidak sedikit... dari memperbaiki infrastruktur yang ada dengan uang sendiri, menyumbang puluhan juta ke suatu desa, memberikan janji iming iming sembako bagi massa serta dengan berbagai bantuan lainnya. Tentu saja ini dengan syarat dan komitment dari masyarakat yang telah dibantu untuk mendukung caleg tersebut.
Rupanya masyarakat sudah tidak bodoh lagi. Mereka menerima semua bantuan tersebut, akan tetapi pada saat hari pencontrengan mereka memilih caleg berdasarkan hati nurani mereka sendiri.
Tentu saja ini membuat para caleg yang telah "menanamkam modal" di tempat tersebut merasa kecewa. Sekian banyak jumlah uang yang telah mereka habiskan dan berikan menjadi sia-sia.
Ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga, sudah uang habis dengan jumlah yang tidak sedikit ditambah lagi dengan tidak terpilihnya mereka menjadi anggota dewan.

Timbul pertanyaan dari saya?
Darimanakah para caleg tersebut memiliki modal yang demikian besar untuk "membeli suara rakyat'?
Apabila memang memiliki modal yang besar, kenapa tidak digunakan saja dana tersebut untuk memulai suatu usaha ketimbang mengejar kursi anggota dewan yang jumlahnya sedikit itu?
Siapkah para caleg terebut menerima kenyataan apabila mereka kalah dan tidak terpilih menjadi anggota dewan?

Pemilu kali ini, masyarakatlah yang mesti pintar memilih dan memilah.
jangan lah tergoda dengan iming iming dan janji dari para caleg yang ada.
karena berdasarkan pengalaman yang sudah cukup lama, kebanyakan dari masyarakat merasa terbohongi oleh janji palsu.

Sekali lagi saya ucapkan,
Blog ini saya tulis berdasarkan pengamatan saya semata tanpa ada maksud untuk menyakiti ataupun membuat tersinggung pihak manapun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar