Minggu, 26 April 2009

Ramai ramai koalisi

Saat ini berita yang ditayangkan di mass media isinya kebanyakan tentang koalisi partai.
Partai A berkoalisi dengan partai B, Partai C menawarkan koalisi dengan partai D demikian juga selanjutnya.

Apakah dengan koalisi ini diharapkan oleh pihak partai akan memenangkan calonnya untuk menjadi pemimpin di negara kita tercinta ini...?
Layakkah orang yang dijunjung oleh oleh sebuah partai tersebut untuk menjadi pemimpin selama 5 tahun ke depan?

Saya berharap, semoga orang yang memenangkan pemilihan presiden kali ini adalah seorang pemimpin yang bertindak sebagai pemimpin sejati.
Bukan mereka yang hanya ingin merasakan keinginan untuk berkuasa kembali tanpa membawa hasil apapun.

Rabu, 15 April 2009

Tentang Caleg

Akhir akhir ini saya sering melihat di media, baik itu merupakan media elektronik maupun media cetak. Berita yang menayangkan tentang para Caleg yang mengalami stress setelah pemilu.

Tingkat strees yang mereka alami itupun ada yang bermacam macam.
Dari stress ringan seperti sakit karena terlalu lelah. Sampai strees berat seperti gangguan jiwa (maaf kalimatnya sudah berusaha saya perhalus) ataupun sampai ada yang bertindak lebih jauh. http://id.news.yahoo.com/lptn/20090414/tid-diduga-stres-caleg-hamil-bunuh-diri-e390447.html

Melihat maraknya berita tersebut, timbullah suatu pemikiran dari saya...
Sebenarnya apakah yang mereka(para caleg) tersebut cari...?
Apakah demi memperebutkan kursi dewan yang jumlahnya hanya sedikit itu sehingga banyak mengeluarkan sejumlah uang yang bila di total tidak sedikit.
Apakah mereka berpikir dengan mengeluarkan uang maka mereka percaya bahwa suara massa bisa mereka dapatkan?
yang niscaya akan mengantarkan mereka duduk di kursi dewan?
Sebegitu pentingkah kursi dewan di mata para Caleg?

Saya ingin menanyakan apakah yang dicari dengan duduk di kursi Dewan...?
Status? Uang? Rasa ingin dihormati di masyarakat?
Tidakkah mereka berpikir bahwa tugas utama dari menjadi anggota dewan adalah memperjuangkan suara masyarakat yang mendukung dia?
Apakah tujuan utama dan mulia tersebut mereka lupakan setelah menjadi anggota dewan?

Di pemilu kali ini tampaknya masyarakat sudah mulai terbuka matanya.
Ini terbukti dengan adanya berita di salah satu koran di daerah saya yang headlinenya bertuliskan "Para Caleg dibodohi oleh masyarakat" (kurang lebih seperti itu)
Saya sempat tergelitik membaca isi dari berita itu.
para caleg sudah mengeluarkan jumlah uang yang tidak sedikit... dari memperbaiki infrastruktur yang ada dengan uang sendiri, menyumbang puluhan juta ke suatu desa, memberikan janji iming iming sembako bagi massa serta dengan berbagai bantuan lainnya. Tentu saja ini dengan syarat dan komitment dari masyarakat yang telah dibantu untuk mendukung caleg tersebut.
Rupanya masyarakat sudah tidak bodoh lagi. Mereka menerima semua bantuan tersebut, akan tetapi pada saat hari pencontrengan mereka memilih caleg berdasarkan hati nurani mereka sendiri.
Tentu saja ini membuat para caleg yang telah "menanamkam modal" di tempat tersebut merasa kecewa. Sekian banyak jumlah uang yang telah mereka habiskan dan berikan menjadi sia-sia.
Ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga, sudah uang habis dengan jumlah yang tidak sedikit ditambah lagi dengan tidak terpilihnya mereka menjadi anggota dewan.

Timbul pertanyaan dari saya?
Darimanakah para caleg tersebut memiliki modal yang demikian besar untuk "membeli suara rakyat'?
Apabila memang memiliki modal yang besar, kenapa tidak digunakan saja dana tersebut untuk memulai suatu usaha ketimbang mengejar kursi anggota dewan yang jumlahnya sedikit itu?
Siapkah para caleg terebut menerima kenyataan apabila mereka kalah dan tidak terpilih menjadi anggota dewan?

Pemilu kali ini, masyarakatlah yang mesti pintar memilih dan memilah.
jangan lah tergoda dengan iming iming dan janji dari para caleg yang ada.
karena berdasarkan pengalaman yang sudah cukup lama, kebanyakan dari masyarakat merasa terbohongi oleh janji palsu.

Sekali lagi saya ucapkan,
Blog ini saya tulis berdasarkan pengamatan saya semata tanpa ada maksud untuk menyakiti ataupun membuat tersinggung pihak manapun

Selasa, 14 April 2009

tentang Pemilu 2009

Jujur saja, kita harusnya melihat apa yang menjadi penyebab kenapa pemilu 2009 dianggap buruk? apakah ada tolak ukurnya? apakah dengan tingginya golput maka dibilang buruk?
Kita harus ingat, pmilu kali ini merupakan pertama kalinya pemilu yang dimana rakyat bisa memilih langsung calon legislatif yang mereka akan pilih. oleh karena itu saat ini individual partai lah yang mesti pintar turun ke masyarakat.

Tentu saja hal ini akan membawa efek positif dan negatif bagi masyarakat dan para caleg tersebut. Efek positifnya, masyarakat akan mengetahui seperti apa caleg yang akan mereka pilih nanti, serta dapat menilai kualitas individu tersebut. efek negatifnya bagi caleg, mau atau tidak, para caleg tersebut mesti pintar turun ke masyarakat. Serta diakui atau tidak, para caleg mesti memiliki "modal" yang cukup agar dirinya bisa mendapatkan simpati massa.

Buat saya, dengan system pemilu saat ini sudah merupakan suatu kemajuan yang bagus untuk demokrasi Indonesia. Tidak seperti system pemilu sebelumnya dimana kita tidak tahu siapa caleg yg diusung oleh suatu partai. Karena anggota legislatif yang duduk di kursi DPR hanya ditentukan berdasakan jumlah suara yg didapat oleh suatu partai tersebut. Dimana hal ini dapat membuka lebar terjadinya kemungkinan praktek jual beli no urut di dalam partai itu sendiri ataupun caleg yg memiliki nomer urut kecil dipastikan akan menjadi anggota legislatif (dalam hal ini biasanya para ketua) yg dimana kualitas perseorangan tersebut kita belum tahu.
Jadi system seperti manakah yang lebih kita sukai?
dari kedua system tersebut, kita tetap saja bagaikan membeli kucing dalam karung.

Efek samping dari system pemilu yang sekarang ini secara tidak langsung membuat no golput menjadi tinggi. kenapa saya bilang begitu karena jujur saja dengan banyaknya para caleg yang bermunculan akan membuat kita para masyarakat menjadi bingung. apakah para caleg tersebut akan benar nantinya apabila sudah duduk di kursi nyaman dpr mereka akan benar2 memperjuangkan rakyat..?
Sementara kita lihat sendiri, baik diakui atau tidak.... para caleg tersebut sudah pasti mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk menarik simpati rakyat (kalau tidak mau disebut membeil suara rakyat).
Dan hal ini akan membuat para anggota legislatif tersebut akan memikirkan bagaimana caranya agar pengeluaran yg sudah terjadi bisa menjadi "Balik Modal" kalau bisa sekalian ditambah dengan "Bonus" juga.

Selain itu, saya menyesalkan kenapa mereka yg merasa mendapatkan suara sedikit, saat ini mengeluhkan pemilu tidak jujur. Data2 di DPT dikatakan tidak update?

Jauh sebelum pemilu ini berlangsung, pihak pemerintah sudah memberitahukan kepada masyarakat untuk memeriksa nama mereka apakah terdaftar di masing masing desa atau di lingkungan tempat tingal mereka.
Kita masyarakatlah yang diminta untuk aktif.

Nah disini lah para anggota partai tersebut seharusnya ikut turun, lepaskan baju partai dan bekerja sama dengan pemerintah untuk melakukan semacam sensus untuk mendata jumlah penduduk.
Dimana pada akhirnya nanti, jumlah teresebut akan dibandingkan dengan jumlah yang dimiliki oleh pemerintah...

Bagaimana pemilu ini berlangsung adil dan jujur...? apabila kita sendiri tidak mau ikut mengawasi? jangan hanya apabila sudah kalah, baru teriak2 bilang pemilu tidak jujur dan segala macamnya....
Bukan kah demokrasi itu adalah pemerintah yang oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat?
Ataukah demokrasi itu hanya ditentukan oleh mereka orang-orang yang mengalami post power syndrom?

Pemilu kali ini, rakyatlah yang memiliki keputusan siapa yang mereka pilih untuk memimpin negara ini dalam 5 tahun kemudian. Bukan mereka yang mengalami post power syndrom atau ingin memiliki kekuasaan lagi.

Akhir kata, saya tidak bermaksud menyinggung siapapun
Tulisan ini saya buat hanya berdasarkan penilaian dan pengamatan saya semata.